Kamis, 03 Juni 2010

Terapi sengat lebah

0
Terapi sengat lebah atau Apipuntur telah diakui oleh WHO (Organisasi Kesehatan dunia) pada konferensi ke II terapi akupungtur lebah dan apiterapi di Nanjing Cina tahun 1993, sebagai alternatif pengobatan. Terapi pengobatan sengat lebah dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah maupun medis. terapi ini telah dikenal ribuan tahun lalu dan jutaan orang telah terbantu dengan pengobatan ini.

Disebutkan dalam Al quran surat An Nahl ayat 68-69, di dalam madu lebah terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Ayat tersebut menjabarkan pada manusia, lebah memiliki khasiat yang dapat menyembuhkan bermacam-macam penyakit.

Produk turunan yang dihasilkan lebah ada 13, di antaranya madu, propolis, royal jelly, pollen, bee venom, lilin lebah, madu sarang, roti lebah, larva lebah, dan phedra. Pengobatan dengan menggunakan lebah biasa disebut Aphitherapy (apiterapi), yang berasal dari perpaduan bahasa Latin, aphis berarti lebah dan therapy, pengobatan.

Apiterapi didefinisikan sebagai upaya pengobatan komplementer untuk tujuan prefentif, kuratif, dan rehabilitasi menggunakan lebah dan produk turunannya. Salah seorang terapis sengat lebah, Oman, mengatakan, penggunaan madu lebah untuk kesehatan telah diketahui sejak ribuan tahun lalu. Penggunaan sengat lebah untuk meringankan nyeri sendi dan artritis telah lama dilakukan oleh bangsa Yunani. Pelopornya adalah bapak kedokteran modern, Hippocrates.

Selain itu, Dr. Philip Tere dari Perancis pernah meneliti hubungan antara sengat lebah dan rematik. Sebelumnya, tahun 1864, Prof. Libowsky melaporkan kesembuhan pasiennya yang menderita rematik dan neuralgia setelah diterapi dengan sengatan lebah.

Pengobatan menggunakan sengat (bisa) lebah dikenal sebagai apipuntur. Apipuntur, kata Oman adalah bagian dari apiterapi. Apipuntur memanfaatkan bee venom dan metode akupuntur. Lebah untuk terapi ini jenis Apis mellifera dan Apis cerana. Apipuntur sendiri merupakan bagian dari apiterapi.

Sengat atau racun lebah sangat baik untuk menormalkan segala aktivitas pembuluh darah dan saraf. “Hasil penelitian menunjukkan bahwa sengat lebah mengandung melitin, apamin, peptida 401 (MDC), inhibitor protease, dan norepinephrine,” kata terapis yang mendalami pengobatan sengat lebah sejak tahun 2000 itu.

Apiterapi secara umum dimanfaatkan untuk meredakan gangguan rematik, masuk angin, flu, salah urat, hingga penyakit berat, seperti darah tinggi, diabetes, dan kanker. Cara itu pun diklaim efektif untuk mengobati penyakit degeneratif, seperti stroke. Seseorang yang mempunyai keluhan tidak semerta langsung diterapi. Oman memilki cara untuk mendeteksi penyakit yang diderita pasien. “Kalau ditekan ditempat yang menjadi sumber penyakit terasa sakit, di tempat itu dilalukan sengatan, jadi tidak sembarangan,” jelasnya.

Jumlah sengatan tergantung pada jenis penyakit. Namun, satu sengatan di titik-titik tertentu dianggap cukup sebagai perkenalan. “Buat yang baru terapi biasanya diberi satu atau dua sengatan, kalau yang sudah biasa biasa sampi tujuh tapi tidak boleh lebih dari 10, kalau terlalu banyak bisa meriang meski daya tahan tubuh pasien kuat,” jelasnya.

Sengatan lebah yang sedang bereaksi di tubuh ditandai dengan ketidaknormalan sejenak yang sifatnya individual. Reaksi pasien berbeda-beda, apakah sebelumnya pernah disengat lebah atau tidak. Biasanya pasien akan mengalami reaksi lokal dan sistemik. Ciri reaksi lokal adalah pembengkakan di sekitar lokasi sengatan, gejala klinisnya gatal, nyeri, dan kaku. Reaksi sistemik berupa demam, lemas, telinga berdengung, dan pusing.

Untuk menetralkan kondisi tersebut, dia menganjurkan konsumsi madu dan mengoleskan minyak gosok di bagian yang bengkak dan gatal. Karena itu, terapi sengat lebah akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan pemberian madu, propolis, pollen, atau royal jelly. “Pasien yang pertama kali disengat dan daya tahan tubuhnya jelek biasanya suka meriang. Saya menganjurkan pasien untuk minum madu dan jangan mandi,” imbuh Oman.

Mengapa Sengat Lebah begitu istimewa?
Sengat lebah mempunyai bisa yang mengandung air dan enzim-enzim seperti fosfolipase A dan hialuronidase, zat melitin, adolapian, apamin dan MCD-peptida. Pengobatan sengat lebah telah terbukti sejak zaman dahulu dan dapat dibuktikan pada pengobatan modern untuk mengobati Rematik. Seperti:

1. Radang persendian,
2. Radang arthritis
3. Pengapuran
4. Radang bahu
5. Penyakit tulang leher
6. Sakit syaraf
7. Urat kejepit
8. Kaki tangan kesemutan
9. Asam urat
10. Bagian tubuh mati rasa
11. Gout, dll.

Penyakit Rematik dan Asam Urat adalah penyakit yang umum di jumpai pada masyarakat Indonesia terutama memasuki usia tua. Gejala yang biasa dijumpai adalah nyeri, bengkak sendi, kaku ketika bangun tidur, otot nyeri dan kesemutan, kepala pusing, badan pegal-pegal, lemah/lesu, dll.
Bagikan

Selasa, 16 Maret 2010

PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN BAYI

0
  1. Keluarga yang Sedang Mengasuh anak
    Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan, biasanay orang tua tergetar hatinya dengan kelahiran anak pertama mereka, tapi agak takut juga. Keuatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut mulai saling mengenal. Akan tetapi kegembiraan yang tidak dibuat-buat ini berakhir ketika seorang ibu baru tiba di rumah dengan bayinya setelah tinggal di rumah sakit untuk beberap waktu. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran mengasyikkan yang telah dipercayakan kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya sulit karena perasaan ketidakadekuatan menjadi orang tua baru. Kurangnya bantuan dari keluarga dan teman-teman, nasehat yang menimbulkan konflik dari keluarga, teman-teman dan para professional perawatan kesehatan yang bersifat membantu. Dan sering terbangun tengah malam oleh bayi, yang berlangsung 3 hingga 4 minggu. Ibu juga letih secara psikologis dan fisiologis. Ia sering merasakan beban tugas sebagai ibu rumah tangga dan barangkali juga bekerja. Selain merawat bayi. Khususnya terasa sulit jika ibu menderita sakit atau mengalami persalinan dan pelahiran yang lama dan sulit atau section Caesar.

    Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan perubahan-perubahan bagi setiap anggota keluarga dan setiap kumpulan hubungan. Orang asing telah masuk ke dalam kelompok ikatan-ikatan keluarga yang erat, dan tiba-tiba keseimbangan keluarga berubah. Setiap anggota keluarga memangku peran yang baru dan memulai hubungan baru. Selai seorang bayi yang baru saja dilahirkan, seorang ibu, seorang ayah, kakek-nenek pun lahir. Istri sekarang harus berhubungan dengan suami sebagai pasangan hidup dan juga sebagai ayah begitupun sebaliknya. Dan dalam keluarga yang memiliki anak sebelumnya, pengaruh kehadiran seorang bayi sangat berarti bagi saudaranya sama seperti pada pasangan saat menikah. Mengatakan pada seorang anak untuk menyesuaikan diri dengan seorang adik laki-laki atau perempuan yang baru mungkin sama dengan suami mengatakan pada istrinya bahwa ia membawa seorang nyonya yang ia cintai dan ia terima sama derajatnya (Williams dan Leanman, 1973). Ini merupakan saat perkembangan kritis bagi semua yang terlibat.

    Oleh sebab itu, meskipun keududukan sebagai orang tua menggambarkan tujuan yang teramat penting bagi semua pasangan, kebanyakan pasangan menemukannya sebagai sebuah perubahan hidup yang sangat sulit. Penyeusaian diri terahadap perkawinan biasanya tidak sesulit penyesuaian menjadi orang tua. Meskipun bagi kebanyakan orang tua merupakan pengalaman penuh arti dan menyenangkan. Kedatangan bayi memerlukan perubahan peran yang mendadak. Dua factor penting yang menambah kesukaran dalam menerima peran orang tua adalah bahwa kebanyakan orang tua sekarang tidak disiapkan untuk menjadi orang tua dan banyak sekali mitos berbahaya dan tidak realistis yang meromantiskan pengasuhan anak di dalam masyarakat (Fulcomer, 1997). Menjadi orang tua merupakan satu-satunya peran utama yang sedikit dipersiapkan dan kesulitan dalam trnasisi peran mempengaruhi hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan bayi secara merugikan.

    Perubahan-perubahan social yang dramatis dalam masyarakat juga memiliki pengaruh yang kuat pada orang tua baru. Banyaknya wanita yang bekerja di luar rumah dan memiliki karier, naiknya angka perceraian dan masalah perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi dan aborsi menjadi lazim. Dan semakin meningkatnya biaya perawatan dan memiliki anak meningkatkan factor-faktor yang menyulitkan tahap awal siklus kehidupan pengasuhan anak (Bradt, 1988 ; Miller dan Myers-Walls, 1983)

  2. Masa Transisi Menjadi Orang Tua
    kelahiran anak pertama merupakan pengalam keluarga yang sangat penting dan sering merupakan krisis keluarga, sebagaimana yang digambarkan secara konsistens pada penelitian keluarga selam tahap siklus kehidupan keluarga ini (clark, 1966;hobbs dan Cole, 1976;LeMaster, 1957).

    Untuk mengetahui bagaiman anak yang baru lahir mempengaruhi keluarga, LeMaster (1957), dalam studi klasik tentang penyesuaian keluarga terhadap kelahiran anak pertama, mewawancarai 46 orang tua dari kalangan kelas menengah di kota (berusia 25 hingga 35 tahun) dan memperkirakan sejauh mana mereka dalam keadaan krisis. Menemukan bahawa 17 persen pasangan tidak mengalami masalah atau hanya masalah-masalah sedang, tetapi sisanya mengalami masalah berat atau luar biasa. Masalah-masalah yang paling lazim dilaporkan adalah:
    1. Suami merasa diabaikan (ini paling sering di sebutkan oleh suami)
    2. Terdapat peningkatan perselisihan dan argument antara suami dan istri
    3. Interupsi menjadi awal yang kontinu ("begitu lelah sepanjang waktu", merupakan komentar yang khas)
    4. Kehidupan seksual dan social terganggu dan menurun.

    Akan tetapi, studi-studi belakangan ini (hobbs dan cole, 1976), tidak menemukan pasangan yang melaporkan krisis keluarga. Sebanyak yang di laporkan oleh LeMaster. Studi-studi tentang keluarga dalam krisis menyatakan bahwa keluarga-keluarga mempunyai pikiran yang salah dan idealis tentang menjadi orang tua sebelum kelahiran anak pertam dan kepuasan perkawinan menurun secara tajam dengan kelahiran seorang anak pertama (Miller dan Sollie, 1980).

    Clark (1966) melakukan sebuah studi tentang keluarga. Setelah kelahiran bayi baru mengatakan kesulitan dalam penyesuaian diri menjadi orang tua dan kebutuhan yang penting setelah pelahiran terhadap kesinambungan pelayanan keperawatan di rumah dan di klinik.

    Sebuah studi penting lain menyangkut transisi pasangan menjadi orang tua dilakukan oleh La Rossa dan La Rossa (1981). Para peneliti ini mengkonseptualisasikan proses transisis seperti yang dijelaskan baik model konflik, di mana terbatasnya waktu luang, legitimasi terhadap penentuan masalah-masalah persalinan menyebabkan konflik antara kedua orang tua.

    Miller dan Myers-Walls (1983), berdasarkan atas tinjauan studi mereka terhadap orang tua, meringkas stressor mengasuh anak yang spesifik yang diidentifikasi dalam penelitian. Stressor yang paling sering disebutkan adalah sedikitnya kebebasan pribadi karean tanggung jawab mengasuh anak. Selain itu, diidentifikasi juga kurangnya waktu dan persahabatan dalam perkawinan. Bahkan lebih baik banyak tekanan perkawinan dilaporkan pada pasangan yan gsulit memiliki anak atau pasangan yang memiliki anak dengan masalah kesehatan atau cacat.

  3. Tugas-tugas perkembangan keluarga.
    Setelah lahir anak pertama, keluarga mempunyai beberapa tugas perkembangan yang penting. Suami, isteri dan bayi semuanya belajar peran-peran yang baru, sementara unit keluarga ini memperluas fungsi dan tanggung jawab. Ini meliputi penggabungan tugas perkembangan yang terus-menerus dari setiap anggota keluarga dan keluarga secara keseluruhan (Duvall, 1977).

    Kelahiran seoarang anak membuat perubahan-perubahan yang radikal, dlaam oarganisasi keluarga. Fungsi-fungsi pasangan suami isitri harus dibedakan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan baru perawatan dan pengasuhan. Sementara pemenuhan tanggung jawab ini bervariasi menurut posisi social budaya suami istri, sebuah pola yang umumnya adalah orang tua agar menerima peran-peran tradisional atau pembagian tanggung jawab (La Rossa dan La Rossa, 1981).

    Hubungan dengan keluarga besar paternal dan maternal perlu disusun kembali dalam tahap ini. Peran-peran baru perlu dibuat kembali berkenaan dengan menjadi kakek-nenek dan hubungan antara orang tua dan kakek-nenek. (Bradt, 1988).

    Peran yang paling penting bagi perawat keluarga bila bekerja degan keluarga yang mengasuh anak adalah mengkaji peran sebagai peran orang tua bagaimana kedua orang tua berinteraksi dengan bayi baru dan merawatnya dan bagaimana respon bayi bersebut. Klaus dan Kendall (1976), Kendall (1974), Rubbin (1967) dan yang lainnya menguji dampak penting dari sentuhan dan kehangatan awal setelah melahirkan, hubungan positif antara orang tua-anak pada hubungan hubungan orang tua anak di masa mendatang. Sikap orang tua tentag mereka sendiri sebagai orang tua, sikap mereka terhadap bayi mereka, karakteristik komunikasi orang tua dan stimulasi bayi (Davis, 1978) adalah bidang-bidang terkait yang perlu dikaji.
    Perubahan-perubahan peran dan adaptasi terhadap tanggung jawab orang tua yang baru biasanya lebih cepat dipelajari oleh ibu dari pada ayah. Anak merupakan realita pada calon ibu dari pada ayah. Yang biasanay mulai merasa seperti ayah saat kelahiran, tapi kadang-kadang jauh lebih lambat dari itu (Minuchin, 1974). Ayah sering kalitetap netral pada awalnya sementara wanita secar cepat menyesuaikan diri dengan struktur keluarga yang baru.


     

    Kebiasaan di mana kebanyakan ayah secara tradisional tidak dapat diikutsertakan dalam proses perinatal secara pasti memperlambat pria melakukan perubahan peran yang penting dan oleh karena itu menghalangi keterlibatan yang lebih besardalam perawatan bayi di kalangan kelas menengah (Hanson dan Bozzett,1985)


     

    Ibu dan ayah menumbuhkan dan mengembangkan peran orang tua merka dalam berespons terhadap tuntutan-tuntuan yang berubah tersu menerus dan tugas-tugas perkembangan dari orang muda yang sedang tumbuh keluarga secara keseluruhan dan mereka sendiri. Menurut Friedman (1957), orang tua melewati lima tahap perkembangan meliputi fase kehidupan keluarga, pertama, selama masa bayi, orang tua mempelajari arti dari isyarat-isyarat yang diekspresikan oleh bayi untuk mengutarakan keperluan-keperluannya. Dengan setiap anak lahir berturut-turut, orang tua akan mengalami tahap yang sama ini. Sehingga mereka menyesuaikan dengan setiap siayarat-isyarat unik bayi.

    Tahap kedua dari perkembangan orang tua adalah belajar untuk menerima pertumbuhan dan perkembangan anak yang terjadi dalam masa usia bermain, khusunya orang tuan yang baru memiliki anak pertama membutuhkan bimbingan dan dukungan. Orang tua harus memahami tugas-tugas yang harus dikuasai oleh anak dan kebutuhan anak akan keselaman, keternatasan dan latihan buang air (toilet treining). Mereka perlu mamahami konsep kesiapan perkembangan, konsep tentang "saat yang tepat untuk mengajar mereka". Pada saat yang sama orang tua juga perlu bimbingan dalam memenuhi tugas yang harus mereka kuasai selama tahap ini.

    Pada pola komuniksi perkawinan yang baru berkembang dengan lahirnya anak, dimana pasangan perubahan satu sama lain baik suami-istri maupun sebagai orang tua. Pola trasnsaksi ssuami istri telah berubah secara drastic. Feldman (1961) mengamati bahwa orang tua bayi berbicara dan berkelakar lebih sedikit dan kualitas interaksi perkawinan yang menurun. Beberapa orang tua merasa kewalahan dengan bertambahnya tanggung jawab, khusunya mereka yang suami atau istri sama-sama bekerja secara penuh.


     

    Pembentukan kembali pola-pola komnikasi yang memuaskan termasuk masalah dan perasan pribadi, perkawinan dan orang tua adalah sangat penting. Pasangan harus terus memenuhi kebutuahan-kebutuhan psikologis maupun seksual dan juga berbagi dan berinteraksi satu sama lain dalam hal tanggung jawab sebagai orang tua.


     

    Hubungan seksual suami istri umunya menurun selama kehamilan dan selama 6 minggu massa post partum. Kesulitan-kesulitan seksual selama masa berikutnya umum terjadi, yang timbul dari paktor-paktor seperti ibu tenggelam dalam peran barunya, keletihan, perasaan menurunnya daya tarik seksual dan juga perasaan suami bahwa ia tersingkir oleh bayinya.


     

    Sekarang komunikasi keluarga termasuk anggota ketiga, membuka tiga serangkai. Orang tua harus belajar untuk merasakan dan melihat tangisan komunikai dari bayinya. Misalnya, tangisan bayi harus dibedakan dalam ekspresi keridak nyamanan, rasa lapar, rangsangan yang berlebihan, sakit atau letih, dan bayi mulai memberikan respor terhadap rangkulan, timangan dan berbicara, yang kemudian diterima dan dikuatkan oleh orang tua.

    Konseling keluarga berencana biasanya berlangsung saat pemeriksaan seteelah postpartum 6 minggu. Orang tua kemudian harus didorong secara terbuka untuk mendiskusikan jarak lahir dan perencanaan. Mengingat meningkatnya tuntutan kekuarga dan pribadi yang dibawakan oleh bayi, orang tua harus menyadari bahwa kehamilan dalam jarak rapat dan sering dapat berbahaya bagi ibu, dan juga ayah, saudara, bayi dan unik keluarga.

    Tahap siklus kehidupan ini memerlukan penyesuaian hubungan dalam keluarga besar dan dengan teman-teman. Ketika anggota keluarga lain mendukung dan membantu orang tua baru ini, ketegangan bias muncul. Misalnya kakek-nenek dapat memberikan pertolongan yang besar bagi orang tua baru, namun kemungkinan konflik tetap ada karena perbedaan nilai-nilai dan harapan-harapn yang ada antara genarasi tersebut.


    Meskipun pentingnya memiliki jaringan social tau system pendukung social untuk mencapai kepuasan dan perasaan positif tentang kehidupan keluarga, keluarga muda perlu mengetahui bahwa kapan mereka butuh bantuan dan dari siapa mereka harus menerima bantuan tersebut dan juga kapan mereka harus menggantungkan diri kepada sumber-sumber dan kekuatan mereka sendiri (Duvall,1977).


     

    Hubungan perkawinan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas dan moral keluarga. Hubungan suami istri yang memuaskan akan memberikan pasangan dengan kekuatan dan tenaga "bagi" bayi dan satu sama lainnya. Tuntutan-tuntutan dan tekanan-tekanan yang bertentangan. Seperti antara royalitas ibu terhadap bayi dan terhadap suami, merupakan persoalan dan dapat menyiksa. Tipe konflik semacam ini dapat menjadi sumber sentral ketidakbahagiaan selama tahap siklus kehidupan ini.


     

  4. Masalah-masalah Kesehatan
    Masalah utama keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternitas yang terpusat pada keluarga, perawatan bayi yang baik, pengenalan dan penanganan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling perkembangan anak, keluarga berencana, interkasi keluarga, dan bidang-bidang peningkatan kesehatan umum (gaya hidup)

    Masalah-masalah kesehatan lain selama periode dari kehidupan keluarga ini adalah inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas-fasilitas perawatan anak untuk ibu yang bekerja. Hubungan anak-orang tua, masalah-masalah mengasuh anak termasuk penyalahgunaan dan kelalaian terhadap anak dan masalah-masalah transisi peran orang tua.

Kamis, 11 Maret 2010

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

0

PENDAHULUAN

Perkembangan IPTEK memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu:
AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun
tahun 1999 : 67,5 tahun


Populasi lansia akan meningkat juga yaitu:

  • ± 10 juta jiwa/5,5àPada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun % dari total populasi penduduk.
  • Pada tahun 2020 diperkirakan meningka 3X menjadi ± 29 juta jiwa/11,4 % dari total populasi penduduk (Lembaga Demografi FE-UI-1993).

Selanjutnya :
Terdapat hasil yang mengejutkan, yaitu:

  • 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dai pekerjaannya sendiri
  • 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga
  • 53 % lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga
  • hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu

DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
1. kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 th) sebagai masa VIRILITAS
2. kelompok usia lanjut (55 – 64 th) sebagai masa PRESENIUM
3. kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM

Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Usia lanjut : 60 – 74 tahun
2. Usia Tua : 75 – 89 tahun
3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun

PROSES PENUAAN

  • Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
  • Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial .

Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua.
Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired.
Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.

Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
1. terjadi dalam sel seperti:
àPerubahan Mikro

  • Berkurangnya cairan dalam sel
  • Berkurangnya besarnya sel
  • Berurangnya jumlah sel

2. yang jelas terlihat seperti:àPerubahan Makro

  • Mengecilnya mandibula
  • Menipisnya discus intervertebralis
  • Erosi permukaan sendi-sendi
  • Osteoporosis
  • Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi kemampuannya menurun)
  • Emphysema Pulmonum
  • Presbyopi
  • Arterosklerosis
  • Manopause pada wanita
  • Demintia senilis
  • Kulit tidak elastis
  • Rambut memutih

KARAKTERISTIK PENYAKIT PADA LANSIA

  • saling berhubungan satu sama lainàPenyakit sering multiple
  • Penyakit bersifat degeneratif
  • àGejala sering tidak jelas berkembang secara perlahan
  • Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial
  • Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
  • Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi obat yang tidak sesuai dengan dosis)

Hasil penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 kota (Padang, Bandung, Denpasar, Makasar), sebagai berikut:

  • Fungsi tubuh dirasakan menurun:

Penglihatan (76,24 %), Daya ingat (69,39 %), Sexual (58,04 %), Kelenturan (53,23 %), Gilut (51,12 %).

  • Masalah kesehatan yang sering muncul

Sakit tulang (69,39 %), Sakit kepala (51,15 %), Daya ingat menurun (38,51 %), Selera makan menurun (30,08 %), Mual/perut perih (26,66 %), Sulit tidur (24,88 %) dan sesak nafas (21,28 %).

PENGERTIAN

Ilmu + Keperawatan + GerontikàIlmu Keperawatan Gerontik

  • Ilmu : pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari
  • Keperawatan : konsisten terhadap hasil lokakarya nasional keperawatan 1983
  • Gerontik : gerontologi + geriatrik
  • Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut.
  • Geriatrik berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut.
  • Keperawatan Gerontik : suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

LINGKUP PERAN DAN TANGGUNGJAWAB
Fenomena yang menjadi bdang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.

Lingkup askep gerontik meliputi:
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan

Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut:
1. Sebagai Care Giver /pemberi asuhan langsung
2. Sebagai Pendidik klien lansia
3. Sebagai Motivator
4. Sebagai Advokasi
5. Sebagai Konselor

Tanggung jawab Perawat Gerontik
1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal
2. Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya
3. Membantu klien lansia menerima kondisinya
4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan meninggal.

Sifat Pelayanan Gerontik
1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)
2. Interdependent
3. Humanistik (secara manusiawi)
4. Holistik (secara keseluruhan)

Model Pemberian Keperawatan Profesional
1. Model Asuhan
2. berkaitan pada pengaturan/manajemen
àModel Manajerial

Model asuhan yang sesuai masih dalam penelitian…………………………………
Diterima sementara ini "Ad an Adaptation Model of Nursing" (Sister Calista Roy)

Model Manajerial yaitu: yang sesuai juga masih dalam penelitian tentang yang lebih mengarah pada tindakan yang profesional.


 

Sabtu, 20 Februari 2010

MANFAAT JENGKOL

0
Dibalik bau yang ditimbulkan jengkol, ternyata terkandung manfaat yang berguna bagi kesehatan. Ini hanya masukan saja, bukan doktrin yang mengharuskan Anda untuk percaya dan mengikuti agar mengkonsumsi jengkol pula, tapi hanya sekedar Anda tahu bahwa ada khasiat dibalik sayuran polong berbau ini.

Jengkol atau jering dalam bahasa latin Pithecollobium Jiringa atau Pithecollobium Labatum adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara, termasuk yang digemari di Malaysia, Thailand dan Indonesia terutama di wilayah Jawa Barat yang seharinya dikonsumsi ±100 ton. Jengkol termasuk tanaman polong-polongan. Buahnya berupa polong dan bentuknya gepeng berbelit, berwarna lembayung tua. Biji buah berkulit ari tipis dengan warna coklat mengilap. Jengkol dapat menimbulkan bau tidak sedap
setelah diolah dan diproses oleh pencernaan.

Kenapa Jengkol itu punya bau yang menusuk ??? Tidak jauh dari penyebab kenapa petai bau, penyebab bau itu sebenarnya adalah asam-asam amino yang terkandung di dalam biji jengkol. Asam amino itu didominasi oleh asam amino yang mengandung unsur Sulfur (S). Ketika terdegradasi atau terpecah-pecah menjadi komponen yang lebih kecil, asam amino itu akan menghasilkan berbagai komponen flavor yang sangat bau, karena pengaruh sulfur tersebut. Salah satu gas yang terbentuk dengan unsur itu adalah gas H2S yang terkenal sangat bau.

Bau yang ditimbulkan dari jengkol itu sebenarnya cukup mengganggu, terutama bagi orang lain yang tidak ikut makan. Kalau yang makan, meskipun bau, setidak-tidaknya sudah menikmati kelezatan jengkol. Tetapi bagi orang lain yang tidak ikut merasakan, tetapi cuma kebagian baunya, akan merasa sangat terganggu. Apalagi dengan air seni yang dikeluarkannya. Jika pemakan jengkol ini buang air di WC dan kurang sempurna membilasnya, maka WC akan bau tidak enak dan mengganggu ketenangan orang lain.

Kaya zat gizi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jengkol juga kaya akan karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin B, fosfor, kalsium, alkaloid, minyak atsiri, steroid, glikosida, tanin, dan saponin.

Kandungan vitamin C pada 100 gram biji jengkol adalah 80 mg, sedangkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan per hari adalah 75 mg untuk wanita dewasa dan 90 mg untuk pria dewasa.
Vitamin C sangat dibutuhkan tubuh untuk meningkatkan imunitas tubuh. Vitamin C juga banyak hubungannya dengan berbagai fungsi yang melibatkan respirasi sel dan kerja enzim yang mekanismenya belum sepenuhnya dimengerti.

Di antara peran vitamin Cadalah: (1) oksidasi fenilalanin menjadi tirosin, (2) reduksi ion ferri menjadi ferro dalam saluran pencernaan, sehingga besi lebih mudah untuk diserap, (3) melepaskan besi dari transferrin dalam plasma agar dapat bergabung ke dalam ferritin (simpanan besi) jaringan, (4) pengubahan asam folat menjadi bentuk yang aktif, yaitu asam folinat, serta (5) berperan dalam pembentukan hormon steroid dari kolesterol.

Tinggi Kalsium

Jengkol merupakan sumber protein yang baik, yaitu 23,3 g per 100 g bahan. Kadar proteinnya jauh melebihi tempe yang selama ini dikenal sebagai sumber protein nabati, yaitu hanya 18,3 g per 100 g.

Kebutuhan protein setiap individu tentu saja berbeda-beda. Selain untuk membantu pertumbuhan dan pemeliharaan, protein juga berfungsi membangun enzim, hormon, dan imunitas tubuh. Karena itu, protein sering disebut zat pembangun.

Protein juga memberikan efek menenangkan otak. Protein membantu otak bekerja dengan cepat dalam menerima pesan. Bagi anak-anak, protein sangat berperan untuk perkembangan tubuh dan sel otaknya. Pada orang dewasa, apabila terjadi luka memar dan sebagainya, protein dapat membangun kembali sel-sel yang rusak.

Jengkol cukup kaya akan zat best, yaitu 4,7 g per 100 g. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia. Gejala-gejala orang yang mengalami anemia defisiensi zat besi adalah kelelahan, lemah, pucat dan kurang bergairah, sakit kepala dan mudah marah, tidak mampu berkonsentrasi, serta rentan terhadap infeksi. Penderita anemia kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah sulit menelan.

Remaja, wanita hamil, ibu menyusui, orang dewasa, dan vegetarian adalah yang paling berisiko untuk mengalami kekurangan zat besi. Di dalam tubuh, besi sebagian terletak dalam sel-sel darah merah sebagai heme, suatu pigmen yang mengandung inti sebuah atom besi.

Jengkol juga sangat baik bagi kesehatan tulang karena tinggi kandungan kalsium, yaitu 140 mg/ 100 g. Peran kalsium pada umumnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu membantu pembentukan tulang dan gigi, serta mengatur proses biologis dalam tubuh.

Keperluan kalsium terbesar adalah pada saat masa pertumbuhan, tetapi pada masa dewasa konsumsi yang cukup sangat dianjurkan untuk memelihara kesehatan tulang. Konsumsi kalsium yang dianjurkan pada orang dewasa adalah 800 mg per hari.

Kandungan fosfor pada jengkol (166,7 mg/100 g) juga sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi, serta untuk penyimpanan dan pengeluaran energi. Dengan demikian, sesungguhnya banyak manfaat yang diperoleh dari mengonsumsi jengkol. Namun, konsumsi jengkol dapat memberikan efek bau tak sedap, baik

pada saat bernapas maupun pada saat buang air besar dan air kecil. Berdasarkan penelitian Soemitro (1987), senyawa aktif dalam kulit halus buah cenderung menunjukkan efek penurunan kadar gula darah yang besar sehingga baik untuk penderita diabetes.

Bagi Anda yang sama sekali belum pernah mengkonsumsi jengkol mungkin tidak terlalu menganggap penting dan peduli, tapi bagi Anda pernah makan atau bahkan penggemar buah polong ini, nampaknya Anda perlu mengetahui manfaatnya.

Cara mengurangi bau jengkol

1. Rendam jengkol beberapa saat sebelum memasaknya
2. Jika ingin kandungan bau agak berkurang, memarkan jengkol setelah direbus setengah matang, dan
rendam kembali agar kandungan bau berkurang.
3. Makan timun setelah Anda makan jengkol
4. Banyak-banyak minum air putih
Manfaat dan kerugian makan Petai dan Jengkol
6 Januari 2010
Petai yang dikenal dengan nama latin Parkia speciosa memang ada yang mengatakan bahaya bagi penderita ginjal, dan ada juga yang mengatakan baik untuk ginjal. Hal ini sebenarnya tidak perlu dibingungkan, karena kedua statement ini benar. Tidak ada yang salah. Hanya perlu ditambahkan bahwa dalam mengkonsumsi petai harus juga dilandasi dengan “jalan tengah” yaitu tidak berlebihan.
Petai berbahaya bagi ginjal, karena banyak mengandung asam amino. Dan hal ini juga yang menyebabkan aroma yang tidak sedap pada urine. Karena asam amino kaya akan unsur Nitrogen dan unsur Sulfur yang akan diubah menjadi gas menjadi Amoniak (NH3) dan Hidrogen Sulfida (H2S) (yang menyebabkan kentut bau)
Seperti yang kita ketahui, asam amino ini merupakan komponen penting dalam penyusunan protein. tetapi bila dalam jumlah banyak maka akan dibuang melalui ginjal, dan akibatnya protein yang berat molekulnya besar akan merusak saringan pada ginjal, dan akibatnya akan ditemukan protein dalam urine. Gejala ini dinamakan proteinuria
Sedangkan manfaat petai bagi ginjal juga ada, karena petai ini juga mengandung anti oksidan yang baik. Dan kita tahu bahwa yang berfungsi untuk membersihkan darah adalah hati dan ginjal. Sedangkan darah kita akibat lingkungan yang kotor / makanan yang tidak sehat banyak sekali mengandung radikal bebas. Dan untuk menangkal radikal bebas dibutuhkan antioksidan.
Selain itu, karena petai mengandung asam amino salah satunya adalah triptofan, dalam tubuh akan diubah menjadi serotonin yang akan menurunkan tingkat stress dan membuat diri lebih tenang
Mengenai jengkol atau dikenal dengan Archidendron jiringa (atau dikenal juga dengan nama jering / jariang bahasa Minangnya).
Jengkol ini ada khasiat diuretik yaitu memperbanyak buang air sehingga ada gunanya bagi penderita jantung (bagi yang mengkonsumsi Furosemid / Lasix (r)).
Tetapi bila makannya kebanyakan juga berbahaya bagi tubuh, karena jengkol ini juga mengandung asam jengkolat yang bentuknya kristal dan tidak larut air dalam suasana asam. Karena tidak larut air dan bentuknya kristal, dikhawatirkan dalam merusak saringan ginjal.
Jadi bagi yang ingin memakai petai / jengkol ya silakan saja, tidak perlu malu. Namun batasi dan jangan berlebihan dalam mengkonsumsinya.
Semoga bermanfaat


Bagikan

Rabu, 17 Februari 2010

RAHABILITASI PASIEN DENGAN MCI

0

Rehabilitasi Medik penyakit jantung adalah suatu ilmu & seni untuk mengembalikan penderita penyakit jantung pada tingkat aktifitas fisik & mental yang sesuai dengan kapasitas jantungnya. Penyakit jantung yang dapat diberi program Rehabilitasi Medik antara lain:

  1. Gangguan mekanik jantung: sumbatan atau kebocoran katup jantung.
  2. Tekanan perifer yang meningkat akibat hipertensi (tekanan darah tinggi).
  3. Energi yang berkurang: Angina pectoris, myocard infark (jantung koroner).
    Penatalaksanaan:
    1. Program Rehabilitasi Medik diberikan segera setelah keadaan krisis dilewati sampai penderita dapat kembali ke pekerjaan/ kehidupan semula (idealnya). Atau bila penderita sudah cukup puas terhadap keterbatasannya dan dapat melakukan aktifitas sehari-hari yang berarti.
    2. Dalam pelaksanaan program Rehabilitasi Medik harus secara terpadu antara Team Rehabilitasi Medik dan Dokter Ahli Jantung.
    3. Jenis Rehabilitasi Medik yang diberikan: Rehabilitasi fisik, psikis dan pekerjaan.

Rehabilitasi Fisik:

  1. Rehabilitasi pada Fase Akut (Program di Rumah Sakit):
    Diberikan segera setelah masa krisis dilewati (atas konsul Dokter Ahli Jantung). Diberikan selama 2-3 minggu:
    1. Hari ke 2-7: bed exercise, brething exercise, gentle massage, latihan pasif/ aktif ringan untuk kelompok otot, & latihan relaksasi.
    2. Hari ke 7-10: latihan diatas dilanjutkan, ditambah latihan duduk ditepi tempat tidur tanpa pertolongan, & latihan berdiri ditepi tempat tidur.
    3. Hari ke 10: latihan seperti diatas, latihan lengan & tungkai secara gentle, latihan jalan 100 m.
    4. Hari ke 15: latihan diatas lanjutkan, ditingkatkan dengan naik tangga, latihan tubuh & latihan berjalan lebih lama.
    5. Minggu ke 3: latihan lebih ditingkatkan, naik tangga 1 lantai/ 1 tingkat rumah, latihan berjalan 400 m/keliling rumah, & home program.

Latihan dari tahap pertama ke tahap berikutnya tidak boleh diteruskan bila ditemukan hal-hal sebagai berikut:

  1. Frekuensi nadi meningkat > 30x/ menit dari nadi awal atau turun > 10x/ menit dari nadi awal.
  2. Ada gangguan irama jantung yang timbul selama atau sesaat setelah latihan.
  3. Sesak nafas, nyeri angina dan kelelahan yang timbul selama atau setelah latihan.
  4. Pucat, keringat dingin, bradikardi, hipotensi, pusing atau syncope.

  1. Fase di rumah (4-8 minggu):
    1. General exercise: jalan naik tangga, naik sepeda tanpa tahanan, latihan pernafasan, & latihan relaksasi. Latihan dilakukan 3 kali seminggu.
    2. Health education: Konsultasi dengan Ahli Jantung, Psikolog, Gizi, masalah pekerjaan, masalah hubungan seksual.
    3. Evaluasi Treadmill minggu ke 4 & minggu ke 8.




 


 

  1. Fase lanjutan (3-6 bulan):
    1. Penderita berlatih diluar atau ditempat masing-masing dengan kontrol ke bagian jantung untuk mengevaluasi dan pengawasan program yang telah dikerjakan.
    2. Pada fase ini penderita sudah bisa bergabung dengan Klub Jantung Sehat.

  2. Fase Pemeliharaan:
    Usaha-usaha yang dilakukan untuk pencegahan sekunder: latihan fitness. Program seumur hidup.

Rehabilitasi Psikologi:
Tindakan yang dapat dilakukan berupa memberikan psikoterapi, menyarankan pada keluarga untuk memberikan suasana yang tenang, konsultasi dengan Team Rehabilitasi yang lain tentang perkembangan penyakitnya.

Rehabilitasi Pekerjaan :
Untuk menentukan jenis pekerjaan/ aktifitas fisik dikemudian hari harus dilakukan Exercise Stress Test.


 

Jumat, 12 Februari 2010

Pentingnya Mencukur Rambut Bayi

0
Pada dasarnya fakta yang benar mencukur rambut bayi adalah untuk alasan kesehatan. Mencukur rambut bayi di sebagian masyarakat Indonesia sudah menjadi tradisi sehingga ada yang mencukurnya saat bayi berusia 7 hari, ada pula yang mencukurnya saat berusia 40 hari.

Sebagian orangtua percaya jika rambut anaknya dicukur maka nantinya akan tumbuh lebih tebal dan cepat. Tapi mitos ini tidak terbukti kebenarannya karena belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya.

"Alasan orangtua untuk mencukur rambut bayinya mungkin lebih tepat untuk alasan kesehatan karena belum tentu akan membantu rambut tumbuh menjadi lebih tebal atau cepat," ujar pakar rambut Karen Shelton seperti dikutip dari Babycenter.

Rambut seseorang tumbuh dari folikel (tabung rambut) yang berada di bawah permukaan kulit kepala. Jadi apapun yang dilakukan orang dengan rambut bagian luarnya tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan dari folikel rambut itu sendiri.

Sebenarnya sudah menjadi hal yang umum bahwa bayi akan kehilangan rambutnya selama enam bulan pertama. Hal ini disebut dengan telogen effluvium. Pada intinya rambut memiliki dua fase yaitu fase pertumbuhan dan fase istirahat. Rambutakan masuk ke fase istirahat jika tubuh sedang demam atau adanya perubahan hormonal.

Rambut rontok biasanya dimulai saat memasuki tahap pertumbuhan yaitu saat usianya 3 bulan ke atas. Seorang bayi yang baru lahir, kadar hormonnya akan turun tepat setelah dilahirkan. Hal inilah yang menyebabkan rambut bayi terlihat tipis saat baru lahir.

"Jika orangtua memutuskan untuk mencukur rambut bayi, sebaiknya dilakukan saat bayi sedang tidur sehingga tidak banyak bergerak. Ini berguna agar tidak berisiko melukai kulit kepala bayi," ujar dokter kulit pediatrik, Michael Smith.

Mencukur rambut bayi sangat bagus untuk membersihkan kepala bayi dari kotoran atau lemak yang menempel di kepala saat bayi dilahirkan. Dengan begitu maka kepala bayi akan bersih dan menghindari kemungkinan munculnya penyakit akibat rambut yang tidak bersih.

Selain itu jangan lupa untuk tetap menjaga kebersihan rambut si bayi dengan rajin keramas sambil dipijat ringan agar bayi tidak stres. Jadi tak ada salahnya untuk mencukur rambut bayi baru untuk alasan kesehatan agar lemak-lemakyang menempel di rambut dan kulit kepala saat lahir bisa dibersihkan.



Bagikan

Rabu, 03 Februari 2010

Sejarah Perkembangan Keperawatan sebagai Profesi

0
Istilah keperawatan sendiri dari kata perawat. Konsep keperawatab sudah ada sejak awal adanya manusia yaitu dengan munculnya naluri untuk merawat diri sendiri atau yang lebih sering dikenal dengan Mother Instinc.

Sejak Zaman Purba
Pada masa ini, mereka percaya bahwa kekuatan mistis dapat mempengaruhi kehidupan manusia atau animisme, mereka beranggapan bahwa dengan adanya jiwa yang jahat maka akan menimbulkan kesakitan dan jiwa yang sehat dapat menimbulkan kesehatan atau kesejahteraan.
Peran perawat pada saat itu sebagai ibu yang merawat anggota keluarga yang sakit dengan memberikan perawatan fisik dan mengobati penyakit dengan dengan menghilangkan pengaruh jahat.
Setelah itu mulai bergeser ke kepercayaan pada para dewa, yaitu mereka beranggapan bahwa penyakit timbul diakibatkan karena kemarahan sang dewa dan cara menyembuhkannya dengan cara berdiam diri di kuil sebagai tempat pemujaan dengan dibantu prisest.
Setelah itu maka berkembanglah rumah-rumah perawat, dan pada saat itu pula muncul istilah keperawatan.

Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatana mulai bergeser kea rah spiritual yaitu timbulnya rasa sakit disebabkan karena dosa atau kutukan Tuhan
Pada masa ini pusat perawatan berada di tempat ibadah dengan pemimpin agama sebagai tabib yang mengobati pasien, sedangakan perawat sebagai budak yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama, sehingga perawat belum diakui eksistensinya.

Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani. Pada waktu itu banyak dibentuk diakones atau wanita-wanita yang mengunjungi orang sakit.
Didaratan timur tengah perkembangan keperawatan maju seiring perkembangan agama Islam. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam diikuti pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa itu.
Dalam Alquran sendiri dituliskan betapa pentingnya menjaga kebersihan, makanan, lingkungan dan lain-lain.
Dengan berkembangnya keperawatan dalam Islam sehingga melahirkan tokoh Islam dalam keperawatan yakni Ibu Rufaidah.

Zaman Permulaan Abad 21
Pada masa ini, yang awalnya masyarakat percaya pada factor keagamaan, berubah ke kekuasaan akibat dari saling berlomba memperebutkan tahta dengan cara apapun. Akibatnya tempat ibadah tidak lagi digunakan dengan untuk perawatan orang sakit.

Zaman Perang Dunia
Florence Nightingale (1820-1910) menyadari akan pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para perawat, ia mempunyai pandangan bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu disipakan pendidikan bagi perawat, ketentuan jam perawat, dan mempertimbangkan pedapat dari para perawat.
Florence menetapkan struktur dasar di pendidikan perawat dengan mendirikan sekolah perawat, menetapkan tujuan pendidikan perawat dan menetapkan pengetahuan yang harus dimiliki perawat.
Sejak saat inilah mulai berkembangnya keperawatan.

Masa Perang Dunia ke-2
Dalam masa peperangan banyak ditemukan berbagai bidang yang mengalami tekanan, termasuk di keperawatan. Timbulnya tekanan bagi dunia penegetahuan dalam penerapan teknologi akibat peperangan maka menyebabkan peningkatan diri dalam tindakan keperawatan.

Pasca Perang Dunia ke-2
Dalam masa pasca perang dunia ke-2, pawa perawat mulai bertindak. Diantaranya adanya tuntuan dari para perawat sehingga pada tahun 1948 di luar negeri perawat diakui sebagai profesi, sedangkan di Indonesia perawat diakui sebagai profesi pada tahun 1983.

Periode Tahun 1950
Pada sekitar tahun 50-an, perawat mulai berkembang khususnya dalam penataan system pendidikan. Di Amerika sudah dimulai system pendidikan perawat setingkat Master atau Doktoral. Selain itu penerapan proses keperawatan sudah mulai dikembangkan dengan memberi pengertian bahwa perawatan adalah suatu proses yang dimulai dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.





Bagikan

Feature 3

© 2013 iPRESS. All rights resevered. Designed by Templateism